Review Novel Azab dan Sengsara – Merari Siregar

Assalamualaikum…
Novel ini berjudul Azab dan Sengsara- Merari Siregar
Mohon Maaf jika banyak kekurangan dalam Review novel ini selamat membaca.
Identitas Buku
Judul : Azab dan Sengsara
Karya : Merari Siregar
Penerbit : Balai Pustaka Persero
Angkatan : 20-an
Jumlah Halaman : 163 halaman
Novel AZAB dan SENGSARA merupakan novel kedua karya Merari Siregar yang diterbitkan pada tahun 1920. Novel yang bertemakan perjodohan yang dikarang oleh Merari yang diambil dari kisahnyata di daerahnya yang memperlihatkan adat istiadat yang masih menerapkan perjodohan. Merari Siregar seorang penulis berasal dari Batak, ia kelahiran. Siporok, Tapaluni. Sumatra Utara, Merari Siregar lahir pada tanggal 13 juli 1896. Novel Azab dan Sengsara merupakan karya kedua yang Merari tulis setelah karya pertamnya yang berjudul Si Jamin dan Si Johan yang terbit di tahun 1918.
Azab dan Sengsara cerita yang di ambil dari kehidupan sehari-hari , menceritakan kisah seorang wanita yang bernama Mariamin yang berasal dari Siporok, Tapaluni, Sumatra Utara. Mariamin hidup bersama ibu dan adik laki-lakinya, mereka tinggal dipondok dekat dengan sungai dan hidup dengan segala kekurangan, sedangkan kekasihnya yang bernama Aminuddin memiliki nasib yang sebaliknya dengan Mariamin, Aminuddin hidup dengan kesejahteraan dikarenakan ayahnya adalah seorang kepala kampung. Walau perbedaan tersebut Mariamin sangat mencintai Aminuddin begitupun sebaliknya, di waktu senja Mariamin duduk di depan rumahnya seperti biasanya ia menunggu kekasihnya datang, namun saat senja itu Aminuddin berpamitan kepada Mariamin untuk mencari pekerjaan di Medan agar dapat menikahi Mariamin.
Sesungguhnya Ayah Mariamin adalah kakak dari Ibu Aminuddin, sehingga Mariamin bersaudara sppu dengan Aminuddin, Mariamin bermarga seperti Ayahnya dan Aminudin bermarga seperti ayahnya, dikarenakan keduanya berbeda marga, di dalam adat istiadat Batak Angkol, Mariamin dan Aminuddin diperbolehkan menikah karena pernikahan ini disebut pernikahan menyonduti yaitu kembali ke pangkal keluarga. Tujuan agar tali perkauman bertambah kuat. Namun sayangnya ayah Aminuddin tidak Mengindahkan adat Batak Angkol tersebut dikarenakan materi, Mariamin tidak sederajat dengan keluarga Aminuddin, Ayah Aminuddin tidak ingin mempunyai menantu seperti Mariamin yang miskin.
Mariamin dahulu juga anak seorang yang kaya. Sutan Baringin, Ayah Mariamin seorang yang terkenal arogan terhadap siapapun termasuk terhadap istrinya sendiri, Sutan Baringin menginginkan harta warisan neneknya untuk dimiliki sendiri tanpa perlu dibagi ke saudaranya, sehingga kasus warisan tersebut masuk ke pengadilan . sahabat Sutan Bringin bernama Marah Sait terus menghasut Sutan Baringin agar maju ke pengadilan yang lebih tinggi namun bukan keberutungan yang didapan melainkan kerugian yang didapatnya. Sutan Baringin pun jatuh miskin, akibatnya istri dan anak-anaknya harus menanggung azab dari perbuatan sang ayah.
Setelah beberapa bulan Aminuddin berada di Medan, Aminuddin mengirimkan surat kepada Mariamin yang memberitahukan bahwa Aminuddin telah mendapat pekerjaan, kemudian Mariamin pun membalas surat tersebut. Mariamin nampak sangat bahagia dikarenakan Aminuddin mengirimkan suarat kepada Mariamin bahwa orang tuanya akan pergi kerumahnya untuk melamar, kemuidan Aminuddin juga mengirimkan Surat kempada Orang tuanya untuk melamar Mariamin sebagai istri dan kemudian mengantrakan Mariamin ke Medan. Namun sayang ayah Aminuddin menolak permintaan Putranya tersebut , namun istrinya yaitu ibu dari Aminuddin menyetujui dikarenakan Mariamin adalah anak dari kakaknya. Akhirnya keluarga Aminuddin mencariakan gadis lain untuk dinikahkan dengan Aminuddin seorang gadis bangsawan. Hingga terkejutnya Aminuddin karena gadis yang di bawah kedua orangtuanya ke Medan bukanlah Mariamin melainkan gadis pilihan orang tuanya, sedang dia tidak mungkin menolak dikarenakan jika ia menolak maka menurut adat istiadat, kelurganya akan malu.
Setelah pernikahanya Aminuddin pun mengirimkan surat kepada Mariamin yang berisikan surat permintaan maaf bahwa orang tuanya telah tiba di medan membawa seorang gadis dan itu bukan Mariamin, dengan lapang dada Mariamin pun menerima Maaf dari Aminuddin. Aminuddin sangat kecewa dan hatinya hancur atas keputusan orang tuanya. Tidak lama setelah aminuddin menikah, Mariamin pun menikah dengan lelaki yang sebelumnya ia tidak kenal, lelaki tersebut merupakan pilihan dari ibu Mariamin. Peria tersebut bernama Kasibun, setelah menikah bukan kebahagiaan yang didapatkan Mariamin melainkan kesengsaraan selain itu suami Mariamin juga mengidap penyakit yang dapat menular kepasangannya. Karena itu Mariamin menolak ajakan suaminya yang membuat suaminya menganggap Mariamin tidak menurut padanya.
Belum lama Mariamin menikah, Aminuddin mendatangi Mariamin di kediaman suaminya, tujuan Aminuddin baik yaitu ingin menyambung silaturahmi, ketika Kasibun tau bahwa Aminuddin datang menemui Mariamin ia sangat marah, apalagi ketika Mariamin menolak berhubungan suami-istri, Kasibun tidak segan memukul dan menyiksa Mariamin. Dikarenakan Mariamin tidak tahan lagi atas perlakuan suaminya, ia pun melaporkan kepada polisi. Kemudian Kasibun dan Mariamin pun bercerai. Dan Mariamin terpaksa pulang ke negrinya dengan membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah Azab dan Sengsara yang bersarang di rumah kecil yang dipinggir sungai Sipirok. Azab dan Sengsara telah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jasad badan yang kasar.
Kesimpulan
Novel ini memberikan banyak pelajaran, dan nilai-nilai kehidupan. Novel ini memberikan pesan yang sangat menyentuh. Sang penulis novel mengungkapkan didalam cerita bahwasanya mempercayai dukun sama saja tidak percaya kepada Allah. Mengkisahkan kehidupan pada zaman dahulu yang sangat berkitan dengan adat istiadat, gadis yang bernama Mariamin yang merasakan Azab dan kesengsaraan dalam hidupnya akibat perjodohan juga ketimpangan ekonomi. Hal seperti itu masih sering terjadi di zaman yang modern seperti sekarang ini yaitu materi adalah tolak ukur derajat manusia, kaum miskin disepelekan di pandang sebelah mata oleh mereka yang memiliki segalanya, pernikahan pun masih dilandasi oleh materi, walaupun di zaman sekarang ini jarang adanya perjodohan namun tetap saja materilah yang paling di pandang.
Daftar Pustaka
http://sinopsisnovelku.blogspot.com/2013/03/sinopsis-novel-azab-dan-sengsara.html https://www.storial.co/book/azab-dan-sengsara-karya-merari-siregar-penerbit-balai-pustaka

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan oleh Umar Kayam

Bersiap Kecewa Bersedih Tanpa Kata-kata oleh Putu Wijaya